Perang Dagang Bikin Ekonomi Dunia Suram, Sudah 48 Negara Jadi Pasien IMF. Bagaimana Indonesia?


Rabu, 23 April 2025 | 20:46 WIB | dilihat
KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 48 negara yang tengah bergantung pada dukungan neraca pembayaran IMF, termasuk Argentina yang menjadi pasien terbesar dengan program terbaru dan terbesar dari lembaga tersebut.

Pernyataan ini datang di tengah meningkatnya tekanan terhadap negara-negara berkembang akibat gejolak nilai tukar, utang luar negeri yang menumpuk, dan investasi asing yang lesu.

Menurut Kristalina, negara-negara ekonomi berkembang harus mempertahankan fleksibilitas nilai tukar sebagai peredam guncangan.

Ia menekankan, bahwa negara-negara dengan utang publik yang tidak berkelanjutan harus bergerak secara proaktif untuk memulihkan keberlanjutan, termasuk dalam beberapa kasus dengan mengambil keputusan sulit untuk mecari restrukturisasi utang.

Kendati Indonesia belum termasuk dalam daftar negara yang harus meminta bantuan IMF, bukan berarti Indonesia sepenuhnya aman dari dampak ketegangan ekonomi global yang kian memanas, khususnya dalam konteks perang dagang.

Situasi global yang tidak menentu juga berpotensi memperburuk beban utang Indonesia.

Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman mengatakan, menguatnya dolar AS dan meningkatnya arus modal keluar merupakan kombinasi yang berbahaya, karena dapat meningkatkan beban utang valas yang pada akhirnya menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta menurunkan kepercayaan pasar.

Rizal mengingatkan, bahwa risiko membengkaknya utang bukan hanya soal nominal, tetapi soal daya tahan ekonomi terhadap tekanan mendalam yang bersifat simultan.

Di sisi lain, Rizal juga mengingatkan bahwa pemerintah perlu mewaspadai ketergantungan terhadap kebijakan reaktif yang hanya merespons gejolak sesaat, tanpa menyentuh persoalan struktural yang lebih mendalam.

Menurutnya, lemahnya industri manufaktur, rendahnya nilai tambah ekspor, serta basis pajak yang sempit masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah.

Dalam konteks perang dagang dan ketidakpastian global, Indonesia harus berhenti hanya menjadi penonton yang defensif dan mulai mengambil posisi sebagai pemain yang menyiapkan diri menghadapi dunia yang makin tidak pasti secara sistemik.

Sementara itu, Head of Macroeconomic and Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman menilai, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia hingga Februari 2025 masih dalam kondisi stabil dan aman, berada di kisaran 30% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Apalagi, lebih dari 80% dari total ULN memiliki tenor jangka panjang, yang menunjukkan struktur utang yang relatif sehat.

Namun demikian, Faisal mengingatkan, bahwa pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi menambah beban pembayaran ULN, baik dalam bentuk pinjaman maupun obligasi global, terutama dari debt service.

Selain itu, dengan naiknya ketidakpastian akibat perang dagang, maka yield atau return yg ditawarkan juga sulit untuk turun.

Jika kondisi global ini terus memburuk maka dipastikan akan ada kenaikan beban utang.

#kontantv #kontan #kontannews #imf #ekonomi #negara
_________________________________________
Instagram: / kontannews
Facebook: / kontannews
Twitter: / kontannews

Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved