Survei Mandiri 2025: UKM Stagnan, Omzet Industri Pengolahan Tertekan


Selasa, 23 Desember 2025 | 02:15 WIB | dilihat

KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Kondisi Usaha Kecil dan Menengah atau UKM di tahun 2025 menunjukkan tantangan yang signifikan. Survei Mandiri Business Survey 2025 mencatat, mayoritas pelaku UKM melaporkan omzet yang stagnan, bahkan cenderung memburuk. Angka ini lebih rendah dibandingkan kondisi dua tahun terakhir.

Secara rinci, 36% responden menyatakan usaha mereka stagnan, menurun dari 56% di tahun sebelumnya. Lebih mengkhawatirkan lagi, 15% responden mengaku kondisi usahanya memburuk, meningkat dari angka 10% di tahun 2024. Meskipun demikian, 48% responden masih melaporkan kondisi usaha yang membaik atau meningkat, sebuah kenaikan dari 34% di tahun lalu.

Menurut Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M Rizal Taufikurahman, stagnasi dan penurunan omzet UKM ini mencerminkan pelemahan permintaan domestik yang nyata, terutama dari rumah tangga menengah ke bawah. Daya beli mereka tergerus oleh inflasi biaya hidup yang terus-menerus, sementara pertumbuhan pendapatan riil justru terbatas.

Dari sisi fiskal, ruang untuk stimulus di tahun 2025 lebih sempit dibandingkan 2024. Hal ini membuat pemerintah kurang kuat dalam menopang konsumsi UKM. Berbeda dengan tahun 2024 yang masih terbantu oleh belanja pemilu, bansos, dan efek lanjutan pemulihan pascapandemi, faktor-faktor tersebut mereda di tahun 2025.

Tekanan justru meningkat dengan bertambahnya biaya bunga kredit, biaya logistik, dan persaingan dari produk impor murah. Akibatnya, omzet UKM sulit tumbuh meskipun volume penjualan relatif bertahan.

Sektor industri pengolahan menjadi salah satu yang paling terdampak. Kondisi omzet di sektor ini mengalami pemburukan, baik dari sisi jumlah unit usaha maupun rata-rata pertumbuhan omzet. Hanya 44% responden di sektor ini yang melaporkan perbaikan, dengan rata-rata pertumbuhan omzet hanya 17%. Sebaliknya, 41% responden mengaku omzetnya memburuk hingga 36%. Hal ini membuat rata-rata pertumbuhan omzet industri pengolahan menjadi negatif 20%, terendah di antara sektor lainnya.

Pelemahan omzet di industri pengolahan ini menunjukkan adanya penurunan permintaan turunan dan tekanan pada biaya produksi. Banyak industri manufaktur kecil-menengah yang bergantung pada sektor lain yang sedang melambat. Fluktuasi nilai tukar juga menekan biaya bahan baku, sementara ruang untuk menaikkan harga sangat sempit, sehingga menekan margin dan kapasitas produksi.

Meskipun begitu, Rizal memperkirakan prospek UKM ke depan berpeluang membaik, namun dengan syarat yang jelas. Pemulihan ini membutuhkan perbaikan daya beli riil, penurunan suku bunga kredit yang efektif di level Usaha Mikro Kecil, serta kebijakan industri yang mendorong substitusi impor dan integrasi UKM ke dalam rantai nilai domestik.

Tanpa langkah-langkah tersebut, perbaikan yang terjadi akan terbatas dan tidak merata. Faktor kunci pemulihan UKM ke depan bukan semata soal pembiayaan, melainkan penguatan ekosistem permintaan dan produktivitas.

Akses pasar yang lebih pasti, belanja pemerintah dan BUMN yang konsisten berpihak pada UKM, serta peningkatan efisiensi melalui adopsi teknologi, akan menjadi penentu utama apakah UKM hanya mampu bertahan atau justru bisa tumbuh secara berkelanjutan dan semakin kuat di masa depan.

#kontantv #kontan #kontannews
________________________________________


Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved