KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Keputusan Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada mendiang Presiden Soeharto menuai sorotan luas dari media internasional.
Upacara penganugerahan yang digelar di Istana Negara pada Senin (10/11/2025) itu dihadiri Presiden RI Prabowo Subianto, yang juga merupakan mantan menantu Soeharto.
Namun, di balik seremoni resmi tersebut, muncul gelombang kritik dari aktivis, akademisi, hingga keluarga korban pelanggaran HAM masa Orde Baru.
Media asing menyoroti langkah ini sebagai bagian dari tren pemutihan sejarah atau historical whitewashing di bawah pemerintahan Prabowo, merujuk pada jejak kelam Soeharto yang terlibat dalam pelanggaran HAM dan kekerasan selama lebih dari tiga dekade memimpin Indonesia.
Surat kabar The Guardian dalam laporannya berjudul Fury as Indonesia declares late authoritarian ruler Suharto a national hero menyoroti amarah publik dan tudingan pemutihan sejarah di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
Media asal Inggris itu menyebut, penghargaan terhadap Soeharto memperdalam kekhawatiran akan upaya membersihkan masa lalu kelam Orde Baru, yang ditandai oleh korupsi, sensor, dan pelanggaran HAM massal.
Dalam laporan itu, The Guardian menulis, Keputusan ini menunjukkan adanya upaya untuk menulis ulang sejarah dengan menonjolkan sisi kepahlawanan sambil menghapus jejak kekerasan dan represi.
The Guardian juga menyinggung latar belakang Prabowo yang memiliki kaitan erat dengan Soeharto, termasuk tuduhan keterlibatan dalam penculikan aktivis pada akhir 1990-an.
Media Malaysia The Star, melalui artikelnya Indonesia grants national hero status to late strongman President Suharto, menyoroti sisi politis dan simbolis dari penobatan Soeharto sebagai pahlawan.
The Star menulis bahwa langkah tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa pemerintahan Prabowo sedang membuka jalan bagi kembalinya gaya kepemimpinan ala Orde Baru.
Selain itu, mantan Jaksa Agung Marzuki Darusman memperingatkan bahwa gelar itu bisa menjadi lampu hijau bagi presiden saat ini untuk meniru pendekatan represif era Soeharto.
BBC dalam laporan berjudul Indonesia names ex-dictator Suharto a national hero, mencatat bahwa Soeharto memang berhasil membawa Indonesia pada pertumbuhan ekonomi yang pesat, menurunkan inflasi, dan menata stabilitas nasional.
Namun, di balik keberhasilan ekonomi itu, terdapat represi politik, penyiksaan, serta invasi ke Timor Timur yang menelan banyak korban jiwa.
Media Inggris ini juga menilai, pemberian gelar pahlawan kepada Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan aktivis buruh Marsinah yang justru dikenal sebagai penentang kebijakan represif Soeharto, merupakan cara pemerintah untuk menyeimbangkan reaksi publik terhadap keputusan yang kontroversial.
Sementara kantor berita AFP menilai keputusan pemerintah itu merupakan sebuah pengkhianatan terhadap korban dan nilai-nilai demokrasi.
Di sisi lain, AFP juga mengutip pembelaan Sekretaris Negara Prasetyo Hadi yang mengatakan bahwa penghargaan itu merupakan bentuk penghormatan terhadap pemimpin yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa.
#kontantv #kontan #kontannews #soeharto #pahlawan #mediaasing
________________________________________