Buruh tani makin renta, pertanian makin menderita


Selasa, 24 Maret 2020 | 09:07 WIB | dilihat

Buruh tani makin renta, pertanian makin menderita Ada lebih dari 100 pemilik lahan dan seribu orang di Kecamatan Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah, menggantungkan hidupnya dengan bertani sayur-mayur. Tak kurang dari 100 tahun lamanya para petani di sini turun-temurun menanami ribuan hektare bumijaya dengan wortel kentang kubis, dan daun bawang. Tapi tak seperti sepuluh tahun silam pemilik lahan kini kesulitan mendapat buruh tani.



Padahal mereka lah yang jadi tulang punggung kelangsungan agribisnis. Penduduk usia muda lebih suka bekerja merantau ke ibu kota. Rata-rata pekerja di ladang memang sudah di atas 40 tahun. Mereka kebanyakan sudah bekerja sebagai buruh tani sejak usia belasan tahun. Harga sayur boleh turun dan naik, tapi tidak berpengaruh ke penghasilan para buruh tani itu. Dalam satu hari mereka dibayar sekitar Rp 20 ribu untuk 5 jam bekerja.



Upah buruh tani memang kecil. Mengacu data badan pusat statistik upah nominal harian buruh tani nasional per Februari 2020 adalah Rp 55.173. Padahal tugas buruh tani di kaki gunung slamet ini tak ringan.



Pekerjaan mereka dimulai dari memastikan lahan siap tanam, menata bibit, dan memanen. Semua mereka tekuni tanpa mengeluh! Buruh tani semakin tua, buruh muda makin sulit ditemukan. Lama-lama akan membuat pasokan sayur makin kering. Pemerintah sebaiknya mulai bergerak. Menciptakan agribisnis lebih modern demi ketahanan pangan dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan.



Video Terkait

Video Terkait

Video Lainnya
Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved