KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Upaya efisiensi anggaran di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dimulai dari jajaran direksi. Maskapai berencana memangkas 10 persen gaji direksi di tengah tekanan keuangan yang masih berat.
Garuda masih menghadapi tekanan likuiditas dan ekuitas negatif sejak restrukturisasi 2021-2024.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Glenny H. Kairupan, menyampaikan keputusan itu dalam rapat dengan pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Senin (1/12/2025).
Selain memangkas gaji direksi, Glenny juga menolak pencairan tantiem bagi direksi dan komisaris. Ia mengaku diminta menandatangani berkas pencairan tantiem, namun menolak karena kondisi keuangan belum pulih.
Ia juga menyinggung situasi fiskal nasional. Pemerintah sedang melakukan pengetatan APBN, sehingga pemberian tantiem kepada perusahaan yang masih merugi dinilai akan memicu respons negatif publik.
Efisiensi tidak hanya menyasar direksi. Glenny menuturkan, kebijakan penghematan fasilitas perjalanan mulai diberlakukan. Ia menyinggung kasus staf perwakilan Garuda di Jepang yang keberatan atas penurunan kelas tiket.
Glenny memerintahkan pergantian staf tersebut dan menyederhanakan jumlah perwakilan luar negeri. Kini hanya satu perwakilan ditempatkan, sementara tenaga lokal akan diberdayakan untuk menekan biaya.
Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, membenarkan rencana pemotongan gaji direksi. Waktu penerapannya masih dirumuskan.
Pada November 2025, GIAA menerima penyertaan modal Rp 23,67 triliun dari Danantara Asset Management (DAM), badan pelaksana di bawah Badan Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Suntikan modal itu disetujui dalam RUPSLB Garuda pada 12 November 2025. Tanpa tambahan modal, Garuda berisiko sulit mengakses pembiayaan eksternal dan menghadapi potensi delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Danantara mencatat, banyaknya pesawat grounded terus membebani biaya Garuda Indonesia dan Citilink.
Managing Director Non Financial Holding Operasional Danantara, Febriany Eddy, menjelaskan pesawat dalam kondisi grounded menciptakan beban ganda.
Pesawat tidak menghasilkan pendapatan karena tidak dapat terbang, sementara biaya tetap seperti sewa pesawat tetap berjalan.
Ia menilai, tekanan keuangan akan semakin berat jika pesawat dibiarkan menganggur lebih lama. GIAA mencatat kerugian 182,53 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,03 triliun hingga kuartal III-2025.
Angka ini naik 39,3 persen dibanding periode sama tahun lalu yang rugi 131,22 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,18 triliun. Kurs yang digunakan Rp 16.650 per dollar AS. Danantara menetapkan reaktivasi armada sebagai prioritas transformasi.
Modal sebesar Rp 6,65 triliun telah disalurkan melalui skema pinjaman pemegang saham pada Juni 2025. Tambahan modal Rp 23,67 triliun diberikan melalui PMTHMETD.
#kontantv #kontan #kontannews
________________________________________