Jor-joran Impor Energi dan Pangan dari AS, RI Terancam Defisit Neraca Dagang


Jumat, 11 Juli 2025 | 13:50 WIB | dilihat

KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Risiko terkikisnya surplus neraca perdagangan RI sudah di depan mata. Bahkan, bukan tidak mungkin neraca perdagangan berbalik defisit pada tahun ini.

Ini sejalan rencana pemerintah yang akan mengimpor energi dan produk agrikultur dari Amerika Serikat (AS) hingga melakukan investasi melalui Danantara dengan total nilai US$ 34 miliar.

Ini bagian dari negosiasi tarif resiprokal agar tarif 32% bisa diturunkan. Dari situ, ada rencana impor energi senilai US$ 15,5 miliar, walaupun pemerintah belum memperinci volumenya.

Kepala Pusat Makroekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman mengatakan, strategi diplomasi ekonomi Indonesia untuk meredakan tekanan tarif dari A-S justru memicu tekanan baru terhadap stabilitas eksternal Indonesia.

Jika impor energi dari A-S dilakukan di tengah risiko menurunnya ekspor Indonesia ke AS akibat perlambatan global, maka surplus dagang akan terkikis secara signifikan.

Dalam kondisi seperti ini, bukan tak mungkin neraca perdagangan bergerak ke arah defisit.

Ini baru soal impor minyak, belum termasuk produk pertanian. Hitungan Rizal, neraca dagang akan menyempit tajam hingga ambang defisit sekitar US$ 2 miliar-US$ 4 miliar.

Rizal mewanti-wanti risiko lainnya yang tak bisa diabaikan. Mulai dari ketergantungan terhadap satu sumber energi, pelebaran defisit transaksi berjalan, hingga menurunnya posisi tawar RI.

Alih-alih memperkuat kemandirian, strategi ini bisa menjadi preseden kurang baik, di mana diplomasi ekonomi bersifat transaksional jangka pendek, tanpa membangun daya saing jangka panjang.

Sementara hitungan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, dalam skenario terburuk, surplus neraca dagang Indonesia berpotensi turun tajam ke kisaran US$ 10 miliar-US$ 15 miliar setahun. Surplus neraca dagang RI tahun 2024 mencapai US$ 31,04 miliar.

Selain impor besar dari AS, terdapat sejumlah faktor negatif lain. Pertama, berlanjutnya pemberlakuan tarif 32% oleh A-S. Ini mengurangi daya saing ekspor produk manufaktur dan komoditas Indonesia.

Kedua, perlambatan ekonomi global juga akan melemahkan permintaan global terhadap produk RI. Ketiga, fluktuasi harga komoditas ekspor unggulan. Keempat, potensi depresiasi rupiah lebih dalam akibat sentimen negatif global, sehingga biaya impor semakin mahal dan menekan posisi neraca perdagangan.

Delegasi Pemerintah Indonesia yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, masih berupaya melakukan negosiasi lanjutan dengan A-S.

#kontantv #kontan #kontannews #neraca #dagang #indonesia #tarif #impor #donaldtrump
____________________


Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved