KONTAN -
https://www.kontan.co.id/
Singapore Airlines dan Garuda Indonesia adalah dua maskapai penerbangan yang berbeda dalam hal keuntungan dan kerugian.
Singapore Airlines dikenal sebagai salah satu maskapai penerbangan dengan laba jumbo.
Sementara Garuda Indonesia masih berjuang untuk meningkatkan kinerjanya.
Padahal, kedua maskapai itu sama-sama menyediakan layanan penerbangan full service dengan harga jual tiket yang tidak ekonomis.
Mengutip laporan keuangan terbaru kuartal I tahun 2025, Garuda mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 75,93 juta, atau setara dengan Rp 1,2 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.524 per US$).
Kinerja negatif ini melanjutkan kerugian Garuda sepanjang 2024 sebesar Rp 1,15 triliun.
Per akhir Desember 2024, Garuda juga mencatatkan defisit modal sekitar US$ 1,4 miliar, di mana nilai kewajiban melampaui aset perusahaan.
Potret suram kondisi keuangan Garuda Indonesia berdampak dikandangkannya 15 pesawat lantaran terganjal masalah pembayaran perawatan.
Bahkan, beberapa pemasok dikabarkan mulai meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan layanan, sebagai respon atas kondisi finansial perusahaan yang belum sepenuhnya pulih.
Bila dibandingkan dengan Singapore Airlines, kondisi yang dialami Garuda bak bumi dan langit.
Singapore Airlines dilaporkan meraih laba fantastis sebesar Rp 35 triliun. Bahkan, maskapai global raksasa seperti Emirates Airways disebut mampu membukukan laba hingga Rp70 triliun.
Dengan laba jumbo, Singapore Airlines mampu memberikan bonus kepada karyawan setara dengan 7,45 bulan gaji.
Lebarnya jurang finansial ini menimbulkan tanda tanya besar di benak banyak pihak.
Bagaimana mungkin maskapai dengan layanan premium justru membukukan kerugian besar?
Berbagai spekulasi pun bermunculan untuk menjelaskan kondisi keuangan Garuda Indonesia.
Kuat dugaan bahwa manajemen yang kurang efektif di masa lalu, skandal suap yang pernah mencuat, serta kontrak-kontrak yang meragukan dengan pabrikan pesawat, memaksa perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis dan finansial yang tidak rasional, yang pada akhirnya terus menggerogoti kinerja keuangannya.
Hasilnya bisa kita lihat saat ini. Garuda menanggung beban utang yang demikian besar, mencapai Rp 120 triliun.
Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan total aset yang dimiliki maskapai pelat merah tersebut.
Sementara Singapore Airlines memiliki manajemen yang profesional, transparan, dan bebas dari intervensi politik. Hal ini memungkinkan mereka membuat keputusan yang efisien dan efektif.
Singapore Airlines juga menerapkan good corporate governance dengan tegas, memastikan setiap kontrak diaudit ketat, dan setiap rupiah dikelola untuk menciptakan nilai jangka panjang.
Sebaliknya, Garuda Indonesia memiliki kasus korupsi dan penggelembungan biaya yang merugikan negara.
Garuda juga selalu mengandalkan suntikan dana publik tanpa melakukan perbaikan signifikan dalam tata kelola dan manajemen operasional.
Berbeda dengan Singapore Airlines yang diawasi ketat oleh negara.
#kontantv #kontan #kontannews #garudaindonesia #singaporeairlines #maskapai #pesawat
_________________________________________
Instagram:
https://www.instagram.com/kontannews/
Facebook:
https://www.facebook.com/kontannews/
Twitter:
https://www.twitter.com/kontannews/