Koreksi harga saham yang melanda pasar saham membuat nilai kekayaan para konglomerat Tanah Air menyusut signifikan! Meski demikian, posisi lima besar orang terkaya di Indonesia masih belum berubah.
Prajogo Pangestu, pendiri Grup Barito, masih menempati posisi pertama orang terkaya di Indonesia versi Forbes per 5 Maret 2025. Di posisi kedua ada Low Tuck Kwong, bos Bayan Resources.
Sementara itu, Hartono Bersaudara—Robert Budi Hartono dan Michael Hartono—berada di peringkat ketiga dan keempat. Adapun posisi kelima ditempati oleh Sri Prakash Lohia.
Namun, kekayaan mereka mengalami penurunan seiring anjloknya bursa saham.
Sejak awal tahun hingga 5 Maret 2025, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG terus berada di zona merah. Data RTI Business mencatat, IHSG telah turun 7,75% secara year to date!
Selain itu, investor asing masih memilih hengkang dari pasar saham Indonesia. Tercatat, sepanjang tahun berjalan 2025, net foreign sell mencapai Rp 21,44 triliun.
Kondisi ini tentu berdampak pada peringkat dan besaran kekayaan para konglomerat di Indonesia.
Prajogo Pangestu, yang tetap menjadi orang terkaya di Indonesia, mengalami penyusutan harta cukup signifikan. Kekayaannya turun dari US$ 43,4 miliar pada akhir 2024 menjadi US$ 31,0 miliar per 5 Maret 2025.
Low Tuck Kwong juga terdampak. Harta kekayaannya turun dari US$ 27,4 miliar di akhir 2024 menjadi US$ 26,9 miliar.
Sementara itu, Hartono Bersaudara mengalami penyusutan kekayaan cukup dalam. Robert Budi Hartono kini memiliki harta US$ 22,0 miliar, turun dari US$ 26,5 miliar. Sedangkan Michael Hartono kini memiliki US$ 21,2 miliar, menyusut dari US$ 25,5 miliar.
Sri Prakash Lohia pun tak luput dari dampak anjloknya bursa saham.
Analis NH Korindo Sekuritas, Leonardo Liu, menilai bahwa volatilitas pasar saham dan keluarnya dana asing bisa terus memengaruhi kekayaan para konglomerat Indonesia ke depan.