KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Prajogo Pangestu, seorang taipan yang kembali mencatat lonjakan kekayaan signifikan di usianya yang ke-81 tahun.
Data dari Bloomberg Billionaires Index menunjukkan, kekayaan bersihnya naik US$ 20 miliar sejak April 2025, mencapai US$ 36,2 miliar. Lonjakan ini menjadikannya orang terkaya di Indonesia.
Kenaikan kekayaan tersebut dipicu oleh keputusan Morgan Stanley Capital International pada Juli 2025 yang membatalkan rencana penghapusan tiga emiten terkait Pangestu dari daftar indeksnya, termasuk PT Barito Renewables Energy Tbk."
Saham Barito Renewables melonjak hingga 20% dalam satu hari, menyumbang US$ 3,5 miliar ke kekayaan Pangestu.
Kepemilikan Pangestu atas Barito Renewables sangat dominan, melalui dua entitas utama: PT Barito Pacific Tbk dan Green Era, yang dipimpin oleh putrinya, Nancy Pangestu.
Totalnya, sekitar 88% saham Barito Renewables dikuasai keluarga Pangestu. Investor institusional asing, seperti BlackRock, hanya memegang porsi sangat kecil, yaitu 0,07%.
Pengaruh Pangestu di pasar begitu besar sehingga analis menyebut gejolak harga saham sebagai 'Efek Prajogo'. Namun, reli saham yang tajam tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan analis."
Meskipun mengalami lonjakan kekayaan, Pangestu juga sempat mengalami penurunan tajam. Pada Februari 2024, kekayaannya anjlok US$ 5,4 miliar, dan kembali turun US$ 5,9 miliar pada September 2024.
Ketika FTSE Russell mengumumkan penghapusan Barito Renewables dari indeks, kekayaannya terpangkas hampir US$ 12 miliar.
Prajogo Pangestu memulai karier bisnisnya pada 1970 dengan bergabung di Djajanti Group, perusahaan kayu milik Burhan Uray."
Tujuh tahun kemudian, ia memutuskan mendirikan usaha sendiri dan pada 1993, perusahaannya, PT Barito Pacific Timber Tbk, menjadi emiten terbesar di Bursa Efek Jakarta.
Pangestu kemudian melakukan diversifikasi ke sektor petrokimia melalui PT Chandra Asri dan ke energi panas bumi melalui Star Energy Geothermal."
Pada 2007, ia mengubah nama perusahaannya menjadi PT Barito Pacific Tbk untuk mencerminkan ekspansi ke berbagai sektor industri, termasuk pertambangan dan energi.
Pada 2022, perusahaan miliknya yang berbasis di Singapura, Green Era, mengakuisisi 33,33% saham Star Energy dari BCPG Thailand senilai US$440 juta, menjadikannya pemilik penuh perusahaan panas bumi tersebut.
Setahun kemudian, ia mencatatkan dua perusahaan di bursa: Barito Renewables Energy dan perusahaan tambang batubara Petrindo Jaya Kreasi.
Star Energy Geothermal, yang berada di bawah Barito Renewables, memiliki kapasitas lebih dari 800 megawatt energi panas bumi.
Dengan target Indonesia mencapai emisi nol bersih pada 2060, ekspansi Barito di sektor energi terbarukan dipandang memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan.
Namun, analis pasar menekankan bahwa reli saham yang terlalu cepat berisiko tinggi.
Prajogo Pangestu, lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat, Indonesia, dengan nama Phang Djoen Phen. Memulai karier di industri kayu bersama Djajanti Group pada tahun 1970.
Pada tahun 1977, ia memulai bisnis sendiri. Pada tahun 1993, PT Barito Pacific Timber Tbk menjadi emiten terbesar di Bursa Efek Jakarta.
Pada tahun 2007, perusahaan berganti nama menjadi PT Barito Pacific Tbk. Pada tahun 2022, Green Era mengakuisisi saham Star Energy dari BCPG Thailand.
Pada tahun 2023, ia melantai dua perusahaan di bursa: Barito Renewables dan Petrindo Jaya Kreasi. Pada tahun 2025, ia memimpin Barito Pacific Group dengan portofolio bisnis di bidang petrokimia, energi terbarukan, kehutanan, batubara, dan pertambangan.
#kontantv #kontan #kontannews
____________________