KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia mulai memberi sinyal positif bagi pasar keuangan. BI rate turun 25 basis poin menjadi 5,00%, dan langkah ini diyakini akan menurunkan beban bunga serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dampak pertama terlihat pada imbal hasil Surat Utang Negara. Yield SUN tenor 10 tahun berpotensi bergerak menuju 6,20%, sejalan dengan proyeksi Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana. Penurunan ini juga diikuti prospek yield SUN 2 tahun yang diperkirakan turun ke 5,25%.
Fikri menilai, keputusan BI dilandasi ekspektasi inflasi yang mereda serta ketahanan arus modal asing. Ditambah, The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga acuannya dua kali sebelum akhir 2025. Dengan kondisi ini, obligasi tenor pendek dan korporasi jangka pendek diprediksi akan mendapat dorongan kuat.
Namun, tantangan terbesar BI tetap ada: mempercepat ekspansi kredit domestik agar pelonggaran moneter benar-benar mendorong sektor riil.
Di sisi lain, tekanan datang dari besarnya kewajiban utang pemerintah. Data INDEF menunjukkan, total kewajiban yang jatuh tempo pada 2026 mencapai Rp 1.433 triliun, terdiri dari Rp 833 triliun utang pokok dan Rp 599,4 triliun bunga.
Menurut Peneliti INDEF, Riza Annisa Pujarama, besarnya pembayaran bunga yang mencapai 22,27% dari penerimaan pajak menjadi sinyal peringatan. Apalagi, biaya berutang Indonesia masih mahal, dengan imbal hasil SBN di level 6,9%, tertinggi di ASEAN.
Riza mengingatkan, beban bunga mendekati Rp 600 triliun merupakan opportunity cost besar bagi APBN, karena dana sebesar ini bisa digunakan untuk membiayai program prioritas. Pemerintah pun didorong lebih cermat mengelola utang agar tidak membebani ruang fiskal di masa depan.
Dengan suku bunga BI yang mulai turun, ada harapan beban bunga ikut mereda. Namun, pertanyaannya: mampukah momentum ini menggerakkan ekonomi sekaligus menjaga kestabilan fiskal?
#kontan #kontannews #kontantv #sukubunga #bankindonesia