Antisipasi Tarif Trump, Industri Manufaktur Ramai-Ramai Diversifikasi Pasar Ekspor


Senin, 14 Juli 2025 | 13:52 WIB | dilihat

KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Industri manufaktur Indonesia fokus mengantisipasi dampak tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS). Pelaku industri di sejumlah sub sektor manufaktur berikhtiar untuk memacu diversifikasi ekspor sembari memperkuat pasar dalam negeri.

Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 32% untuk produk dari Indonesia yang masuk ke Negeri Paman Sam. Jika tidak ada perubahan, tarif resiprokal ini akan berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Salah satu sub sektor manufaktur yang bakal terkena dampak adalah industri mebel dan kerajinan. Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengungkapkan A-S menyerap sekitar 54% ekspor mebel dan kerajinan Indonesia.

Abdul memperkirakan nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia mencapai US$ 1,5 miliar – US$ 1,7 miliar pada semester I-2025.

Dari jumlah tersebut, lebih dari US$ 800 juta – US$ 900 juta berasal dari ekspor ke A-S.

Saat ini, HIMKI melirik peluang ekspansi pasar ke kawasan Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, hingga Oceania melalui penetrasi produk premium dan niche market.

Menurut Abdul, diversifikasi merupakan langkah progresif untuk menciptakan struktur ekspor yang lebih sehat dan tahan terhadap guncangan kebijakan dagang dari suatu negara.

Sub sektor manufaktur lain yang mengandalkan pasar AS adalah industri alas kaki. Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Yoseph Billie Dosiwoda mengungkapkan AS menjadi pasar utama produk alas kaki Indonesia dengan nilai ekspor sekitar US$ 2,39 miliar pada tahun 2024.

Saat ini, industri ini juga tengah membidik pasar Eropa di tengah hambatan tarif Trump.

Tak cukup diversifikasi pasar ekspor, pelaku usaha juga menilai perlu upaya untuk memperkuat pasar dalam negeri.

Diversifikasi ekspor dan penguatan pasar dalam negeri juga menjadi perhatian industri baja. Ketua Umum Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) M. Akbar Djohan mengungkapkan porsi ekspor produk baja ke pasar A-S relatif mini, hanya sekitar 76.000 ton atau 0,7% dari total ekspor per kuartal I-2025.

Meski begitu, IISIA mewaspadai efek tidak langsung dari pengenaan tarif impor yang tinggi oleh A-S. Sebab, sejumlah negara eksportir baja akan sulit bersaing untuk masuk ke pasar A-S, sehingga berpotensi mencari pasar alternatif, salah satunya Indonesia.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) , Daniel Suhardiman juga mengingatkan pentingnya proteksi terhadap pasar dalam negeri dari limpahan produk yang nantinya sulit masuk atau bersaing di pasar AS.

Meski menyiapkan strategi untuk diversifikasi ekspor dan penguatan pasar dalam negeri, tapi para pelaku industri tetap mendorong pemerintah untuk melanjutkan negosiasi dengan A-S.

HIMKI mengusulkan agar Presiden Prabowo Subianto memimpin langsung diplomasi untuk mendapatkan ruang negosiasi dengan hasil yang lebih optimal.

#kontantv #kontan #kontannews #tarif #trump #impor #manufaktu
____________________


Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved