Banjir dan longsor yang melanda Sumatra kembali menguji ketahanan bangsa. Data terbaru BNPB per Senin 1 Desember 2025 mencatat 604 korban jiwa, 464 orang masih hilang, 2.600 luka-luka, dan lebih dari 1,5 juta warga terdampak, dengan sekitar 570.000 di antaranya terpaksa mengungsi demi mencari tempat yang lebih aman. Beban terberat berada di Sumatra Utara dengan 283 meninggal, 169 hilang, dan 613 luka, disusul Sumatra Barat dan Aceh yang masing-masing melaporkan 165 dan 156 korban jiwa. Kerusakan fisik pun meluas, mulai dari ribuan rumah rusak berat dan sedang, puluhan ribu rumah rusak ringan, hingga ratusan jembatan dan fasilitas pendidikan yang lumpuh, memperberat pekerjaan pemulihan di lapangan.
Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menjelaskan bahwa tingginya angka korban tidak lepas dari banyaknya permukiman yang berdiri di tepi sungai, lereng bukit, dan punggung bukit dengan tanah gembur yang mudah tergerus hujan deras. Ia menyebut banyak korban hilang diduga tersapu arus deras atau tertimbun material longsor, sehingga Basarnas mendorong masyarakat di daerah rawan untuk lebih waspada terhadap prakiraan cuaca BMKG dan mematuhi peringatan dini. Pemerintah daerah juga diminta aktif menyosialisasikan risiko serta menata kembali ruang hidup warga agar tidak terus berada di jalur bencana. Di tengah lebih dari setengah juta pengungsi, ratusan ribu rumah rusak, dan ratusan orang yang belum ditemukan, sanggupkah kolaborasi pemerintah dan masyarakat benar-benar mengubah cara kita hidup berdampingan dengan ancaman bencana di masa depan?
#BanjirSumatra #LongsorSumatra #BNPB #Basarnas #BencanaAlam #KorbanBanjir #Pengungsian #MitigasiBencana #SumatraUtara #KontanNews