Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, di tengah pandemi Covid-19, Indonesia mengalami peningkatan ekspor sarang burung walet.
Berdasarkan data IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan), selama masa pandemi Covid-19, jumlah ekspor sarang burung walet mencapai 1.155 ton dengan nilai Rp 28,9 triliun.
Jumlah tersebut naik 2,13% dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya 1.131,2 ton dan bernilai Rp 28,3 triliun.
Saat ini, sarang burung walet yang diperdagangkan merupakan komoditas binaan dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan untuk produktivitasnya.
Sementara untuk pendampingan eksportasi mulai dari harmonisasi aturan dan persyaratan teknis sanitasi negara tujuan dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan, food safetynya dilakukan oleh Barantan.
Barantan telah melakukan pendampingan terhadap 23 eksportir sarang burung walet lokal sehingga berhasil teregistrasi oleh otoritas karantina pertanian China, GACC (General Administration of Customs of the People's Republic of China).
Sebab, sebanyak 262 ton atau 23% dari total ekspor sarang burung walet Indonesia dibeli oleh China.
Sebagai pengekspor sarang walet terbesar di dunia, para pelaku usaha Indonesia banyak menyasar pasar China lantaran harga jual yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan lain, yakni antara Rp 25 juta hingga Rp 40 juta per kilo.
Secara keseluruhan, ada 23 negara tujuan ekspor lain bagi sarang burung walet asal Indonesia antara lain Australia, Amerika Serikat, Kanada, Hong Kong, Singapura, Afrika Selatan dan lainnya.
#KontanTv #EksporSarangBurungWalet