KONTAN -
https://www.kontan.co.id/
Ekspor batubara Indonesia kini harus bersaing ketat dengan Rusia yang makin agresif masuk ke pasar Asia.
Negeri beruang merah tersebut gencar mengekspor emas hitamnya ke negara-negara Asia, termasuk China setelah dilarang mengekspor ke Eropa.
Padahal, China selama ini menjadi pasar utama ekspor batubara Indonesia.
Sebagai gambaran, ekspor batubara Rusia ke China naik 6% menjadi 7,33 juta ton pada Maret 2025.
Lonjakan ekspor itu lantaran Rusia menawarkan harga lebih kompetitif, sehingga memperketat persaingan dengan batubara Indonesia.
Di saat bersamaan, ekspor batubara Indonesia ke China menurun 9% menjadi 17,96 juta metrik ton pada bulan Maret 2025.
Kendati demikian, Indonesia masih menjadi pemasok utama batubara ke Negeri Panda.
Selain direbut Rusia, masalah geopolitik global dan perang tarif Amerika Serikat (AS) dan China juga semakin menambah ketidakpastian bagi pasar komoditas batu bara.
Akibat perang tarif itu banyak pembeli yang menahan diri dan menunda kontrak pembelian baru.
Hal ini tercermin dari turunnya impor batubara China sebesar 6% pada bulan Maret. Penurunan itu ditengarai karena tertekan oleh tingginya persediaan pelabuhan, dan lemahnya permintaan domestik yang telah mendorong harga spot ke posisi terendah dalam empat tahun.
Selain melemahnya permintaan dari sektor industri, penurunan harga dan permintaan batubara juga dipicu melemahnya permintaan dari sektor pembangkit listrik termal di China.
Hal ini sejalan dengan meningkatnya kontribusi dari sumber energi terbarukan.
Pembangkit listrik termal di China, yang sebagian besar berasal dari batubara, mengalami penurunan sebesar 2,3% pada bulan Maret dan 4,7% pada kuartal I-2024, menurut data resmi yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS) pada hari Rabu.
Menurunnya ekspor ke Tiongkok menjadikan pertambangan batubara sebagai satu-satunya sektor lapangan usaha yang mengalami kontraksi dalam laporan pertumbuhan ekonomi tiga bulan pertama tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 4,87% year on year (yoy) pada Januari—Maret 2025. Capaian itu melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,02% yoy dan menjadi yang terlemah sejak kuartal III–2021.
Dari sisi lapangan usaha, hampir seluruhnya tumbuh. Namun, hanya satu yang mengalami kontraksi yaitu pertambangan yang minus 1,23% secara yoy.
Peran industri pertambangan terhadap ekonomi Indonesia cukup signifikan, yakni menyumbang 8,99% terhadap PDB. Walhasil, saat sektor ini mengalami kontraksi, dampaknya akan cukup terasa.
#kontantv #kontan #kontannews #batubara #ekspor #indonesia #rusia #china
_____________________
Instagram:
https://www.instagram.com/kontannews/
Facebook:
https://www.facebook.com/kontannews/
Twitter:
https://www.twitter.com/kontannews/