Asing Berbondong-Bondong Cabut, Saham BCA Makin Anjlok


Kamis, 16 Oktober 2025 | 17:30 WIB | dilihat

KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Tekanan pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tampaknya belum akan usai. Meski fundamental cukup solid, tetapi asing masih rajin melepas saham bank swasta terbesar di Indonesia itu.

Lihat saja, kepemilikan asing menciut dari 35,86% pada Januari 2025 menjadi 33,24% per September 2025. Sepanjang tahun berjalan, tercatat asing membukukan jual bersih BBCA di pasar reguler sebesar Rp 32,38 triliun per Rabu (15/10).

Beriringan, saham BBCA telah anjlok -26,77% sejak awal tahun dan parkir di Rp 7.250 per saham pada perdagangan Rabu (15/10). Secara intraday, kemarin saham BBCA telah menyentuh level terendah dalam tiga tahun di 7.225.

Alhasil, kapitalisasi pasar bank milik Grup Djarum ini susut menjadi Rp 885 triliun dari posisi Januari 2025 yang masih sebesar Rp 1.153 triliun. BBCA masih di posisi kedua emiten dengan market cap terbesar di BEI. Namun, nilainya jauh di bawah BREN yang punya market cap Rp 1.278 triliun.

Pengamat Pasar Modal & Direktur Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan arus keluar asing di BBCA sepanjang tahun ini menjadi salah satu rekor terbesar sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dia menilai keluarnya asing akibat adanya preseden buruk pada BBCA.

Sedikit flashback, BBCA sempat diterpa isu terkait pengambilalihan kembali oleh pemerintah.

Teguh memperkirakan, isu itu tetap akan menjadi sentimen yang mendorong keluarnya dana asing dari BBCA .

Apalagi, dari pemerintah maupun Grup Djarum tidak ada yang memberikan pernyataan yang menyejukkan sehingga asing diperkirakan masih khawatir apabila isu tersebut kembali berembus.

Selama ini, bantahan memang hanya datang dari manajemen Bank BCA dan Danantara. Ini, kata Teguh, tak cukup menenangkan investor asing.

Di sisi lain, Praktisi Pasar Modal Sunar Susanto melihat, tekanan pada BBCA juga karena adanya tekanan faktor eksternal seperti saham group konglomerat tertentu yang naik dan lebih menarik.

Lalu, ada sentimen makro, yakni depresiasi rupiah yang sempat ke rekor terlemah di April, kekhawatiran fiskal & tarif Amerika Serikat (AS), ditambah dengan tingginya harga emas dan perak yang dipandang sebagai safe-haven. "Sehingga memicu arus keluar dari BBCA," katanya.

Secara fundamental, Sunar melihat BBCA tetap solid, berkaca pada kinerja semester I-2025. Laba bersih BBCA tumbuh 8% secara tahunan (YoY) ke Rp 29 triliun, kredit tumbuh 12,9% YoY ke Rp 959 triliun, NPL dan LAR juga tetap terjadai di 2,2% & 5,7%.

Namun dengan kondisi saat ini, bukan tidak mungkin BBCA menjadi the next UNVR. Di pasar saham, apa yang dulunya dihargai mahal belum tentu ke depannya tetap dihargai mahal, terbukti di saham UNVR.

Oleh sebab itu, keduanya pun seragam berpandangan tekanan harga pada BBCA masih belum usai. Sunar mengatakan, secara teknikal support BBCA berada di level 7.000 sehingga jika gagal bertahan maka ada risiko turun ke level 6.000.

Meski begitu, Sunar masih memberikan pandangan yang lebih optimis dengan memproyeksikan target harga BBCA di akhir tahun berada di Rp 7.900.

#kontantv #kontan #kontannews #saham #bca #bbc
____________________


Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved