KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Bank sentral Amerika Serikat, The Fed, telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4%-4,25%. Ini adalah pemangkasan pertama setelah sembilan bulan terakhir. Proyeksi menunjukkan bahwa The Fed masih akan melakukan pemotongan sebanyak dua kali lagi di sisa tahun 2025.
Pemangkasan suku bunga ini menurunkan daya tarik imbal hasil aset berdenominasi dolar dan mempersempit selisih suku bunga dengan negara lain. Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, ini berpotensi memicu aliran modal keluar dari pasar keuangan AS.
Dana portofolio biasanya akan bergerak ke pasar yang memenuhi tiga syarat: ukuran dan kedalaman pasar memadai, selisih bunga terhadap dolar masih lebar dengan inflasi menurun, serta prospek pertumbuhan yang jelas. Di Amerika Latin dan Asia, pasar dengan suku bunga tinggi cenderung lebih dulu menyerap dana.
Namun, Josua memprediksi, pergerakan arus dana cepat cenderung selektif, bukan membanjir serentak. Hal ini tercermin dari The Fed yang masih membuka ruang penurunan bertahap pada 2025 dengan nada kebijakan yang tetap berhati-hati serta proyeksi suku bunga yang lebih rendah untuk tahun depan.
Fikri C. Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas berpendapat, aliran modal dari AS akan masuk ke Jepang, India, dan Afrika Selatan. Jepang didukung oleh sikap bank sentralnya yang hawkish, India didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan Afrika Selatan mendapat pengaruh positif dari dorongan fiskal yang tengah dilakukan pemerintahnya.
Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Josua, Indonesia memang bukan tujuan pertama aliran dana dari AS. Meskipun begitu, landasan dasar ekonomi yang dimiliki Indonesia sedang membaik. Tingkat inflasi berada di dalam target sasaran dan Bank Indonesia baru saja menurunkan BI-Rate 25 bps ke 4,75%.
Sejak Juli 2025 sampai pertengahan September 2025, sudah tercatat arus masuk asing bersih ke surat berharga negara Indonesia. Hal ini menandakan minat mulai kembali ketika prospek pelonggaran global menguat.
Namun, ada hal-hal yang tetap perlu menjadi perhatian. Pertama, sikap hati-hati The Fed membuat arus masuk bergerak bertahap. Kedua, persepsi risiko domestik seperti defisit transaksi berjalan yang melebar dan perdebatan mengenai ruang lingkup mandat bank sentral dapat membuat sebagian investor menunggu.
Di sisi lain, ada hal-hal yang dapat menjadi pemicu positif tambahan bagi Indonesia. Pertama, kejelasan arah The Fed yang konsisten menurunkan suku bunga sesuai proyeksi. Kedua, penurunan cepat suku bunga simpanan dan kredit perbankan sebagai respons atas langkah penurunan suku bunga acuan BI.
Ketiga, percepatan belanja pemerintah dan penempatan dana yang mendorong likuiditas perbankan yang saat ini juga ikut menekan suku bunga pasar uang. Dengan demikian, Indonesia masih memiliki peluang untuk menarik aliran dana dari AS.
Kedua, persepsi risiko domestik: defisit transaksi berjalan yang melebar seiring akselerasi impor dan perdebatan mengenai ruang lingkup mandat bank sentral dapat membuat sebagian investor menunggu. Ketiga, transmisi suku bunga perbankan Indonesia yang lambat masih menahan sentimen ekuitas.
Di sisi lain, ada hal-hal yang dapat menjadi pemicu positif tambahan bagi Indonesia. Pertama, kejelasan arah The Fed yang konsisten menurunkan suku bunga sesuai proyeksi.
Kedua, penurunan cepat suku bunga simpanan dan kredit perbankan sebagai respons atas langkah penurunan suku bunga acuan BI. Hal ini akan membuat imbal hasil riil tetap menarik, tetapi biaya dana turun dan mendongkrak prospek laba emiten domestik.
Ketiga, percepatan belanja pemerintah dan penempatan dana yang mendorong likuiditas perbankan yang saat ini juga ikut menekan suku bunga pasar uang.
#kontantv #kontan #kontannews #thefed #sukubunga #amerika #indonesia
____________________