KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Sejumlah media asing menyoroti banyaknya gelondongan kayu yang terseret aliran air saat banjir besar melanda Sumatera, Indonesia pada akhir November lalu.
Fenomena itu menjadi perhatian lantaran kayu-kayu besar tersebut menghantam permukiman dan memperparah kerusakan. Salah satu yang menulis secara mendalam adalah New York Times dalam artikel berjudul Where Floodwaters Turned Piles of Timber Into Floating Battering Rams.
Dalam laporan yang terbit pada Rabu (3/12/2025), New York Times menggambarkan hujan lebat yang mengguyur wilayah utara Sumatera selama tiga hari berturut-turut.
Banjir besar kemudian membawa gelondongan kayu hingga masuk ke kawasan permukiman, terutama di Sumatera Utara. Media itu mengutip kesaksian Sarma Hutajulu, seorang relawan di Kecamatan Tukka, Tapanuli Tengah.
Di mana pun Anda melihat, kiri dan kanan sepanjang jalan, ada tumpukan kayu. Itu semua yang menghantam rumah warga, ujarnya.
Para ahli menilai, parahnya bencana banjir tersebut tak lepas dari deforestasi yang berlangsung selama puluhan tahun. Hutan alami Sumatera banyak berubah menjadi perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, hingga area pertambangan emas.
New York Times menulis bahwa aktivitas-aktivitas tersebut memperparah banjir dan menyebabkan gelondongan kayu hanyut seperti peluru yang menghantam rumah warga.
Seorang pendeta sekaligus aktivis lingkungan di Sumatera Utara, Walden Sitanggang, menguatkan temuan tersebut.
Saya melihat sendiri di lapangan, ada begitu banyak gelondongan kayu yang hanyut. Kayu tidak jatuh begitu saja dari langit, pasti berasal dari aktivitas penebangan di hulu, kata dia.
New York Times juga mengutip Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq yang menegaskan bahwa bencana ini tidak sepenuhnya disebabkan faktor alami.
Ia menyebut, puluhan ribu hektare hutan hilang di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatera Utara sejak 1990.
Hanif menyampaikan bahwa pemerintah akan mengevaluasi izin lingkungan seluruh operasi di Batang Toru, Sumatera Utara, dan memanggil perusahaan yang bertanggung jawab atas keberadaan gelondongan kayu tersebut.
Media itu juga menyoroti pernyataan Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani mengenai peringatan dini Siklon Tropis Senyar. Menurutnya, BMKG sudah memperingatkan otoritas lokal delapan hari sebelum siklon terbentuk sepenuhnya, dan mengeluarkan peringatan lanjutan saat badai semakin mendekat.
Namun ia menyebut tidak semua pemimpin daerah menyiapkan langkah antisipasi secara optimal.
#kontantv #kontan #kontannews
________________________________________