Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Senin waktu setempat menyatakan bahwa negaranya siap membantu Eropa memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina, sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan Rusia
ernyataan itu disampaikan saat Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menggelar pertemuan mendadak di Gedung Putih, Washington.
Namun, Trump juga mengejutkan publik. Ia menyebut, gencatan senjata bukan lagi syarat utama sebelum tercapai kesepakatan damai. Pandangan ini sejalan dengan posisi Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan bertolak belakang dengan sikap Zelensky serta mayoritas pemimpin Eropa.
Sebelum masuk ke pembicaraan tertutup, kedua presiden sempat menjawab pertanyaan media di Ruang Oval. Suasana kali ini terlihat jauh lebih akrab dibanding pertemuan enam bulan lalu, yang kala itu berujung pada ketegangan antara Trump, Wakil Presiden JD Vance, dan Zelensky.
Trump menyampaikan, Eropa adalah garis pertahanan pertama menghadapi Rusia. Namun Amerika akan tetap turun tangan memberikan dukungan. Zelensky pun memilih nada diplomatis, berulang kali mengucapkan terima kasih atas peran Amerika Serikat.
Pertemuan ini dihadiri pula oleh para pemimpin Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Finlandia, Uni Eropa, dan NATO. Mereka datang ke Washington untuk menunjukkan solidaritas terhadap Ukraina sekaligus mendorong adanya jaminan keamanan yang kuat dalam kesepakatan pascaperang.
Usai pertemuan tatap muka, Trump dan Zelensky tampil bersama para pemimpin Eropa. Zelensky menyebut pembicaraan dengan Trump sangat baik, terutama soal pentingnya jaminan keamanan Amerika bagi negaranya. Trump bahkan kembali mengusulkan pertemuan tiga pihak: dirinya, Putin, dan Zelensky, untuk merintis perdamaian.
Meski demikian, langkah Trump menuai kekhawatiran. Banyak pihak menilai ia bisa saja menekan Ukraina agar menerima syarat-syarat yang lebih menguntungkan Rusia. Terlebih, akhir pekan lalu Trump menjadi tuan rumah bagi Putin dalam sebuah pertemuan kontroversial di Alaska.
Dalam konferensi bersama, Kanselir Jerman Friedrich Merz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan, gencatan senjata tetap harus menjadi syarat utama sebelum negosiasi lebih lanjut.
Sementara itu, situasi di lapangan tetap membara. Serangan Rusia semalam menewaskan sedikitnya 10 orang di berbagai kota Ukraina. Di Kharkiv, serangan drone merenggut nyawa seorang balita dan kakaknya yang berusia 16 tahun. Di Zaporizhzhia, tiga warga sipil juga tewas akibat serangan udara.
Di sisi lain, Ukraina mengklaim berhasil melancarkan serangan balik. Drone militer Ukraina dilaporkan menghantam stasiun pompa minyak di wilayah Tambov, Rusia, hingga membuat pasokan melalui pipa Druzhba terhenti.
Perang yang telah berlangsung sejak Februari 2022 ini disebut sebagai konflik paling mematikan di Eropa dalam 80 tahun terakhir. Lebih dari sejuta orang, termasuk ribuan warga sipil Ukraina, telah menjadi korban.
Trump berulang kali menekankan bahwa untuk mencapai perdamaian, kedua pihak harus berkompromi. Namun, ia juga menyarankan agar Ukraina melupakan harapan merebut kembali Krimea maupun bergabung dengan NATO. Usulan yang nyaris tak bisa diterima oleh Zelensky.
Di tengah tarik ulur ini, yang jelas rakyat Ukraina terus menanggung penderitaan. Dunia kini menanti, apakah pertemuan Washington benar-benar membuka jalan menuju perdamaian, atau sekadar menambah panjang drama diplomasi internasional.
#kontan #kontannews #kontantv #kontannewmedia #newmedia #newmediakontan #Zelensky #Ukraina #DonaldTrump #VladimirPutin #PerangUkraina #PerangRusiaUkraina #PerdamaianUkraina #KonflikUkraina #AlaskaSummit #TrumpPutin #PolitikDunia #Geopolitik #NegosiasiPerdamaian #BeritaInternasional #KedaulatanUkraina #BreakingNews #WarInUkraine #UkraineRussiaWar #PeaceTalks #WorldPolitics
Ukraina #Trump #Zelenskyy #VonDerLeyen #UniEropa #Macron #Merkel #Merz #Putin #NATO #PolitikInternasional #Eropa #AmerikaSerikat #Rusia #PerangUkraina