Aktivitas Ekonomi dan Bisnis Lesu, Kredit Menganggur Perbankan Kian Membengkak


Rabu, 16 Juli 2025 | 12:15 WIB | dilihat

KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah atau kredit menganggur di perbankan (undisbursed loan) terlihat kian membengkak.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit menganggur perbankan pada Maret 2025 mencapai Rp 2.354,5 triliun, meningkat 13,21% secara tahunan atau Year on Year.

Jika dilihat dari sisi permodalannya, kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 3 masih menjadi kelompok dengan kredit menganggur terbanyak, mencapai Rp 913,42 triliun, tumbuh 10,59% Year on Year.

Disusul dengan peningkatan kredit menganggur di jajaran KBMI 4 yang tercatat mencapai Rp 893,25 triliun, dan menjadi kelompok dengan peningkatan kredit menganggur tertinggi yakni 15,86% Year on Year.

Selanjutnya, KBMI 2 mencatatkan pertumbuhan kredit menganggur sebesar 15,19% Year on Year menjadi Rp 436,49 triliun per Maret 2025.

Adapun, KBMI 1 dengan undisbursed loan tumbuh sebesar Rp 121,33 triliun, meningkat 7,75% Year on Year.

Sementara itu, dilihat berdasarkan kepemilikannya, bank umum swasta nasional (BUSN) mencatatkan kredit menganggur mencapai Rp 1.536,18 triliun, tumbuh 11,22% Year on Year pada tiga bulan pertama tahun ini.

Adapun, fasilitas kredit yang belum ditarik debitur dari bank persero tumbuh tinggi 23,07% Year on Year menjadi Rp 479,51 triliun.

Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo menilai, kredit menganggur bank masih tumbuh tinggi karena sejumlah faktor, seperti ketidakpastian ekonomi global yang memengaruhi permintaan kredit produktif maupun konsumtif.

Selain itu, proyek-proyek infrastruktur yang berjalan lambat akibat penyesuaian prioritas pemerintah dinilai turut memperbesar porsi kredit yang belum dicairkan.

Bank juga menerapkan pengetatan syarat pencairan kredit di tengah upaya menjaga kualitas portofolio kredit mereka agar tetap sehat, terutama pada sektor berisiko tinggi seperti properti dan perdagangan.

Di sisi lain, banyak debitur korporasi maupun UMKM yang mengalami kendala dalam operasional, sehingga belum optimal dalam memanfaatkan fasilitas kredit yang tersedia.

Menurut Arianto, kredit menganggur terutama terkonsentrasi di sektor properti, infrastruktur, dan manufaktur. Sektor properti menghadapi tantangan besar akibat daya beli masyarakat yang lemah, backlog perumahan yang tinggi, serta tekanan likuiditas dari pengembang.

Pada sektor infrastruktur, pencairan kredit sering tertunda karena proyek strategis terhambat oleh faktor teknis seperti pembebasan lahan atau kendala investasi swasta.

Sektor manufaktur juga menyumbang kredit menganggur yang signifikan akibat rendahnya permintaan pasar global yang berdampak pada kapasitas produksi domestik.

Selain itu, sektor perdagangan dan startup teknologi juga berkontribusi, dengan banyak rencana investasi yang masih dalam tahap penjajakan sehingga belum memanfaatkan kredit secara penuh.

Selain itu, daya beli masyarakat yang masih tertekan akibat inflasi dan ketidakpastian ekonomi membuat permintaan kredit konsumtif rendah, sementara kredit produktif juga terhambat oleh belum terlihat bergeraknya investasi swasta dan pendanaan fokus pada non bank financing.

Arianto menuturkan, dalam situasi ini, bank cenderung lebih fokus pada restrukturisasi kredit bermasalah daripada ekspansi baru.

#kontantv #kontan #kontannews #bank #kredit #perbankan
____________________


Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved