Chen Zhi, Buronan Paling Dicari di Asia, Diduga Raup Rp 232,5 T dari Perusahaan Scam di Kamboja


Senin, 27 Oktober 2025 | 13:19 WIB | dilihat

KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) mendakwa CEO Prince Holding Group, Chen Zhi pada Rabu (22/10/2025) atas tuduhan menjalankan jaringan penipuan global berbasis di Kamboja.

Jaringan ini disebut mencuri miliaran dollar AS dalam bentuk mata uang kripto dari korban di berbagai negara.

Departemen Keuangan AS bahkan menyita aset bitcoin senilai sekitar 14 miliar dollar AS (sekitar Rp 232,5 triliun), sekaligus dianggap sebagai penyitaan kripto terbesar dalam sejarah.

Dengan membongkar kerajaan kriminal yang dibangun di atas kerja paksa dan penipuan, kami menegaskan bahwa Amerika Serikat akan menggunakan seluruh kekuatannya untuk melindungi korban, memulihkan aset yang dicuri, dan mengadili pelaku, ujar Jaksa Agung Pamela Bondi dan Wakil Jaksa Agung Todd Blanche dalam pernyataan bersama dikutip dari CBS News, Rabu (22/10/2025).

Lalu, siapa sebenarnya Chen Zhi? Bagaimana ia bisa membangun kerajaan bisnis yang kini diduga menjadi kedok bagi kejahatan lintas negara?

Dilansir dari BBC, Minggu (26/10/2025), Chen Zhi dibesarkan di Provinsi Fujian, China tenggara.

Ia memulai bisnis dari perusahaan gim daring kecil sebelum pindah ke Kamboja sekitar tahun 2010 atau 2011 dan terjun ke sektor properti.

Kedatangannya bertepatan dengan ledakan investasi asing, terutama dari China, yang mengubah wajah Phnom Penh dan kota pesisir Sihanoukville menjadi kawasan penuh gedung pencakar langit, kasino, dan proyek properti besar.

Pada 2014, Chen menjadi warga negara Kamboja dengan investasi minimal 250.000 dollar AS atau sekitar Rp 4,15 miliar.

Status kewarganegaraan ini memberinya hak untuk membeli tanah atas nama pribadi. Namun, sumber kekayaannya tetap menjadi misteri.

Dalam dokumen pembukaan rekening di Isle of Man pada 2019, ia mengaku mendapat modal 2 juta dollar AS (sekitar Rp 33,24 miliar) dari pamannya untuk bisnis properti pertama, tanpa bukti pendukung.

Tahun 2015, Chen mendirikan Group yang fokus pada pengembangan properti. Lalu, ia memperluas bisnis ke sektor keuangan dengan mendirikan Prince Bank pada 2018 dan menambah kewarganegaraan Siprus serta Vanuatu.

Konglomerasi itu merambah berbagai sektor, dari hotel bintang lima hingga proyek Bay of Lights senilai 16 miliar dollar AS atau sekitar Rp 265,9 triliun.

Pada 2020, Chen dianugerahi gelar kehormatan Neak Oknha oleh Raja Kamboja, setelah sebelumnya menjadi penasihat Menteri Dalam Negeri Sar Kheng, serta menjalin hubungan dengan mantan Perdana Menteri Hun Sen dan putranya, Hun Manet.

Ia juga dikenal lewat kegiatan filantropi, seperti memberikan beasiswa bagi pelajar kurang mampu dan donasi untuk penanganan pandemi Covid-19.

Namun, di balik citra dermawan itu, muncul dugaan bahwa kekayaannya berasal dari kejahatan lintas negara.

Menurut penyelidikan AS dan Inggris, Chen Zhi disebut mengendalikan jaringan penipuan daring yang melibatkan perdagangan manusia, pemerasan, dan pencucian uang dalam skala besar.

Setelah bisnis perjudian daring dilarang di Kamboja pada 2019, banyak kasino di Sihanoukville tutup, namun Chen Zhi justru terus berekspansi.

Ia membeli properti mewah di London, New York, hingga lukisan Picasso, sementara perusahaan-perusahaannya diduga mencuci dana hasil kejahatan melalui aset tersebut.

AS dan Inggris telah menjatuhkan sanksi terhadap 128 perusahaan dan 17 individu yang dikaitkan dengan Prince Group. Jaringan ini disebut menggunakan perusahaan cangkang dan dompet kripto untuk memindahkan uang hasil penipuan lintas negara.

Kamboja belum memberikan tanggapan resmi terkait kasus ini dan hanya meminta AS dan Inggris memastikan bukti mereka cukup kuat.

Hingga kini, Chen Zhi masih buron dan disebut sebagai salah satu orang paling dicari di Asia.

#kontan #kontannews #kontantv #buronan #scam #kamboja #amerika


Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved