Badan Penyelenggara Investasi Danantara bersiap menerbitkan Patriot Bonds jilid kedua senilai Rp 15 triliun, setelah edisi perdana yang menawarkan kupon 2 persen per tahun dan berhasil menyerap minat investor. Chief Investor Officer Danantara Pandu Patria Sjahrir menyebut penerbitan kali ini akan menyasar profil investor yang berbeda, sehingga diharapkan dapat memperluas basis pendanaan. Namun, rencana tersebut memunculkan sejumlah catatan kritis. Peneliti Departemen Ekonomi CSIS Indonesia, Deni Friawan, mempertanyakan efektivitas penggunaan dana, potensi imbal hasil bagi investor, serta risiko crowding out jika investasi Danantara lewat Patriot Bonds tidak memberi dampak ekonomi yang memadai. Dengan kupon sebelumnya yang hanya 2 persen, ia menilai peluang kupon edisi kedua kembali kurang kompetitif sehingga berpotensi menimbulkan opportunity loss bagi pemegangnya.
Deni juga menyoroti belum jelasnya tujuan penggunaan dana Patriot Bonds jilid dua. Danantara sempat dikaitkan dengan berbagai rencana investasi, mulai dari peternakan, energi, hingga kemungkinan dukungan program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis, tetapi belum ada penjabaran terperinci. Dari sisi lain, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M. Rizal Taufikurahman melihat Patriot Bonds berpotensi menjadi instrumen pembiayaan alternatif bagi proyek strategis, asalkan tujuan penggunaan dana dan tata kelola dibuat transparan. Ia mengingatkan bahwa Danantara masih membangun rekam jejak sehingga jika proyek yang dibiayai masih tahap awal, Patriot Bonds bisa dikategorikan berisiko tinggi, dengan berbagai potensi risiko mulai dari ketidakpastian arus kas, risiko proyek, regulasi, hingga belum jelasnya seberapa jauh dukungan pemerintah. Pada titik ini, apakah Patriot Bonds jilid kedua akan terbukti sebagai inovasi pembiayaan yang menarik, atau justru menambah daftar aset berisiko tinggi di portofolio investor?
#PatriotBonds #Danantara #SuratUtang #InvestasiIndonesia #Obligasi #CSIS #Indef #ProyekStrategis #EkonomiIndonesia #KontanNews