KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal III-2025. Periode ini akan menjadi tanda awal, apakah target ekonomi yang dipatok 5,2% di tahun ini bakal tercapai atau tidak.
Sejumlah data ekonomi yang dirilis sepanjang kuartal III lalu masih belum menujukkan perbaikan berarti. Tengok saja data purchasing managers' index (PMI) sektor manufaktur Indonesia dengan rata-rata di periode tersebut hanya 50,37, sedikit di atas level ekspansi.
Data PMI Indonesia terbilang cukup volatil. Setelah sempat berada di level kontraksi selama empat bulan, PMI kembali naik ke level ekspansi, tapi cenderung turun.
Pranjul Bhandari, Kepala Ekonom ASEAN HSBC mengatakan, cepatnya perpindahan antara ekspansi dan kontraksi pada dasarnya menunjukkan tidak ada pertumbuhan yang solid di ekonomi.
Belanja pemerintah yang digadang-dagang menjadi katalis, realisasinya juga masih lambat, baru 61,71% dari target dalam APBN 2025. Alhasil, pemerintah masih harus membelanjakan hampir 40%d ari pagu anggaran di kuartal terakhir tahun ini.
Sejumlah ekonomi yang dihubungi KONTAN memperkirakan, ekonomi periode Juli-September 2025 akan tumbuh antara 4,7%-5,2%.
Berdasarkan konsensus ekonom yang disurvei Bloomberg, pertumbuhan ekonomi periode tersebut diramal 4,8%. Batas bawah proyeksi ekonom kepada KONTAN dan konsensus Bloomberg lebih rendah dibanding realisasi kuartal sebelumnya, yang tercatat sebesar 5,12%.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menyebut, lemahnya pertumbuhan ekonomi kuartal III dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama, tidak adanya momentum musiman yang mendorong kenaikan konsumsi rumahtangga.
Kedua efisiensi belanja pemerintah yang masih berdampak secara agregat, khususnya pada pos belanja dana transfer ke daerah yang mempengaruhi ekonomi daerah.
Ketiga, stimulus ekonomi yang dikucurkan pemerintah di kuartal III-2025 belum berdampak signifikan ke ekonomi.
Stimulus seperti tambahan bantuan sosial, program magang nasional dan injeksi likuiditas ke sistem perbankan sebesar Rp 200 triliun dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) diprediksi baru akan berdampak pada kuartal I-2026.
Keempat, Bhima menilai kinerja investasi masih melambat. Penyebabnya karena tekanan permintaan eksternal, terutama pada produk hasil hilirisasi tambang.
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual memprediksi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2025 berkisar 4,9%-5%, lebih rendah dibanding realisasi kuartal II yang tumbuh 5,12%.
David juga melihat, paket stimulus ekonomi yang dikucurkan pemerintah pada kuartal III belum cukup untuk mendorong pertumbuhan sektor rill karena kebijakan-kebijakan itu sifatnya masih emergency.
Namun menurut David, kebijakan fiskal tersebut perlu dilanjutkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dalam jangka menengah hingga jangka panjang.
Catatan BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang semester I-2025 sebesar 4,99%. Alhasil, untuk mencapai target 5,2% pada tahun ini, maka pertumbuhan ekonomi di semester kedua setidaknya harus mencapai 5,41%.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebelumnya sudah meramal pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 bakal melambat dari kuartal sebelumnya. Namun, ia optimistis pertumbuhan masih bisa menyentuh angka 5%.
#kontantv #kontan #kontannews #pertumbuhanekonomi #bp
________________________________________