Imbas Tarif Trump dan Kelebihan Pasok, Perusahaan Panel Surya China Merugi Belasan Triliun Rupiah


Sabtu, 03 Mei 2025 | 15:20 WIB | dilihat
KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Efek perang dagang berdampak terhadap kinerja perusahaan manufaktur panel surya di China.

Seluruh perusahaan panel surya China kompak mencatatkan kerugian pada kuartal I-2025.

Anjloknya kinerja keuangan produsen panel surya itu imbas dari kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) dan berlebihnya pasokan panel di pasar domestik.

Setidaknya ada lima perusahaan panel surya terbesar di Tiongkok yang telah melaporkan kinerja keuangannya, dan semua mencatatkan rugi.

Mereka adalah JA Solar Technology Co., Jinko Solar Co., Longi Green Energy Technology Co., Tongwei Co., dan Trina Solar Co.

Mengutip Bloomberg, total kerugian lima pabrikan panel surya itu mencapai lebih dari 8 miliar yuan atau sekitar Rp 18,28 triliun (kurs Rp2.286 per yuan)

Sebagai perbandingan, pada 2024, akumulasi kerugian mereka masih di bawah 2 miliar yuan, dengan dua perusahaan saat itu masih mencetak laba.

Berlebihnya pasokan panel di pasar domestik lantaran kesulitan menembus pasar AS akibat perang tarif.

Kondisi itu menyebabkan, harga di seluruh segmen rantai pasok industri solar anjlok ke level terendah sepanjang kuartal pertama.

Alhasil, terjadi tekanan margin di setiap segmen rantai pasok industri panel surya.

Kondisi ini sekaligus menunjukkan bahwa langkah pengendalian produksi yang disepakati puluhan produsen tahun lalu belum efektif.

Kondisi yang tak makin baik ini dipicu kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Kebijakan itu mencakup bea masuk hingga 3.521% atas impor dari empat negara Asia Tenggara, lokasi produksi alternatif yang dipilih banyak produsen China untuk menghindari tarif AS.

Tarif baru ini diumumkan pada April lalu dan diperkirakan final dalam beberapa pekan ke depan, tergantung hasil investigasi regulator perdagangan AS. Jika disahkan, industri solar China bisa menghadapi gelombang relokasi produksi yang mahal.

CSI Solar Co., anak usaha Canadian Solar Inc. yang terdaftar di Nasdaq, menyatakan sedang bersiap melakukan relokasi produksi ke kawasan dengan tarif lebih rendah. JA Solar juga berencana mempercepat ekspansi global, termasuk membuka pabrik di Oman.

Sementara Longi Green, produsen solar terbesar China memilih menahan rencana ekspansi besar di tengah ketidakpastian perang tarif.

Perusahaan ini juga punya pabrik di Ohio, AS, yang dibangun untuk memanfaatkan insentif era pemerintahan Biden.

Sementara itu, lonjakan pemasangan solar domestik yang menopang permintaan dalam beberapa bulan terakhir diperkirakan menurun setelah 1 Juni 2025. Hal ini seiring diberlakukannya kebijakan baru di China terkait harga jual listrik surya yang kurang menguntungkan.

Analis Daiwa Capital Markets memperkirakan, profitabilitas perusahaan solar bisa membaik secara kuartalan pada kuartal II 2025. Namun, menurut catatan analis Dennis Ip, perbaikan itu kemungkinan tidak berkelanjutan karena potensi kekosongan permintaan pada kuartal III-2025.

#kontantv #kontan #kontannews #panelsurya #solarpanel #china #amerika #perangdagang
_____________________
Instagram: https://www.instagram.com/kontannews/
Facebook: https://www.facebook.com/kontannews/
Twitter: https://www.twitter.com/kontannews/

Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved