Jelang uji jalan biodiesel B50 awal Desember 2025, sejumlah pelaku industri dan ahli mesin menyampaikan catatan penting kepada pemerintah. Kementerian ESDM melalui Dirjen EBTKE Eniya Listiani Dewi memastikan road test dilakukan serentak di enam sektor, mulai dari otomotif, alat pertanian, pertambangan, perkeretaapian, perkapalan hingga pembangkit listrik, dengan truk, alat berat, traktor, kapal, dan kendaraan pertanian yang sudah disiapkan. Pemerintah menegaskan uji jalan ini bukan sekadar seremoni, melainkan pengujian lapangan dengan target teknis yang jelas untuk mengukur kesiapan B50 di berbagai kondisi operasional.
Di sisi lain, Perkumpulan Tenaga Ahli Alat Berat Indonesia (PERTAABI) mengingatkan karakter biofuel yang higroskopis membuat biodiesel lebih mudah menyerap air, rentan oksidasi, dan memicu tumbuhnya mikroba sehingga kualitas bahan bakar turun dan filter mesin kerap tersumbat. Densitas biodiesel yang lebih tinggi dibanding solar murni juga bisa memperbesar butiran pengabutan, memperpendek umur injektor, mengurangi pelumasan komponen mesin, dan pada akhirnya menaikkan biaya perawatan. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia dan Indonesia Mining Association menilai kewajiban B50 berpotensi meningkatkan biaya produksi di tengah harga batubara yang fluktuatif, apalagi sektor tambang sebagai pengguna Non PSO tidak menikmati subsidi dan masih menghadapi risiko gelling serta sludge pada mesin. Dengan berbagai catatan teknis dan beban biaya ini, seberapa siap program B50 benar-benar diterapkan penuh tanpa mengganggu daya saing industri tambang dan sektor pengguna lainnya?
#BiodieselB50 #EnergiTerbarukan #ESDM #PERTAABI #APBI #IMA #Pertambangan #Batubara #Biofuel #KontanNews