BOS KCIC Serahkan Urusan Utang Kereta Cepat ke Danantara


Rabu, 19 November 2025 | 08:56 WIB | dilihat

KONTAN - https://www.kontan.co.id/

Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi, menyatakan pihaknya menyerahkan opsi restrukturisasi atau penyelesaian utang Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Whoosh kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Dwiyana memaparkan, pengelolaan KCIC berada di bawah naungan Danantara, sehingga mekanisme dan skema penyelesaian utang kereta cepat akan diserahkan sepenuhnya kepada Danantara.

Menurut Dwiyana, KCIC akan tunduk dan patuh pada keputusan Danantara soal penyelesaian utang Kereta Cepat Whoosh.

Hal ini disampaikannya usai menemui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada Senin malam, 17 November 2025.

Saat dikonfirmasi, Menko Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pertemuan tersebut hanya membahas aspek teknis operasional Whoosh, bukan terkait dengan isu utang kereta cepat tersebut yang belakangan santer diberitakan.

Saat ini, utang Whoosh menjadi tanggungan empat BUMN yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Perusahaan patungan ini menggenggam 60 persen saham di KCIC, sementara 40 persen lainnya dimiliki konsorsium perusahaan asal China.

Dalam tubuh PSBI sendiri, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi 58,5 persen, kemudian disusul Wika 33,4 persen, Jasa Marga 7,1 persen, serta PTPN VIII sebesar 1,03 persen.

Dengan komposisi tersebut, setiap kerugian yang ditanggung PT KCIC otomatis akan memengaruhi laporan keuangan PSBI dan kerugiannya diteruskan ke masing-masing BUMN pemegang saham.

Untuk diketahui saja, empat BUMN Indonesia harus ikut menanggung kerugian PT KCIC yang nilainya triliunan rupiah setiap tahun. Beban tersebut semakin berat karena biaya pembangunan proyek kereta cepat melampaui perhitungan awal. Total nilai proyek KCJB mencapai 6,07 miliar dollar AS atau sekitar Rp 101,17 triliun.

Dari jumlah itu, 75 persen berasal dari pinjaman Bank Pembangunan China (CDB), sedangkan 25 persen sisanya ditanggung melalui penyertaan modal para pemegang saham.

Angka ini belum termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sekitar 1,2 miliar dollar AS atau Rp 20 triliun yang disepakati pada Februari 2023.

Dengan nilai sebesar itu, kenaikan biaya maupun bunga pinjaman sedikit saja dapat langsung menekan kemampuan PSBI dan para BUMN pendukungnya dalam menjaga kesehatan neraca.

Secara keseluruhan, PSBI membukukan kerugian sekitar Rp 4,2 triliun sepanjang 2024. Kerugian tersebut masih berlanjut pada semester I-2025 dengan nilai rugi Rp 1,6 triliun.

Jika laju kerugian ini tak ditangani dengan skema penyelesaian utang yang jelas, BUMN-BUMN anggota PSBI terancam semakin merugi dan menyedot kas perusahaan yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan bisnis intinya.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menyebutkan, saat ini skema pembagian peran dalam menangani utang Kereta Cepat Jakarta Bandung masih terus dibahas.

Menkeu menjelaskan bahwa hingga saat ini belum ada kesimpulan terkait bentuk penyelesaian yang akan diambil pemerintah. Proses pembahasan masih terus berlangsung dan belum mencapai keputusan final. Saat dikonfirmasi, Menko Airlangga Hartarto menegaskan bahwa pertemuan tersebut hanya membahas aspek teknis operasional Whoosh, bukan terkait dengan isu utang kereta cepat tersebut yang belakangan santer diberitakan. “KCIC (membahas) pertemuan teknis,” ungkap Airlangga.

#kontantv #kontan #kontannews #kcic #keretacepat #whoosh #danantar
________________________________________


Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved