KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Amerika Serikat telah bertahun-tahun memperingatkan negara lain agar menghindari pinjaman dari bank-bank milik negara China yang dianggap mendukung ambisi Beijing sebagai kekuatan global.
Namun, laporan baru menunjukkan ironi besar: Amerika Serikat justru menjadi penerima pinjaman terbesar, jauh di atas negara lain.
Mengutip AP, menurut AidData, sebuah laboratorium riset di College of William & Mary, Virginia, bank-bank milik negara China telah menyalurkan dana sebesar US$ 200 miliar ke bisnis di Amerika Serikat dalam 25 tahun terakhir.
Namun, banyak pinjaman tersebut tidak terdeteksi karena dialihkan terlebih dahulu melalui perusahaan cangkang di Cayman Islands, Bermuda, Delaware, dan lokasi lain, sehingga asal dananya tampak samar.
Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian besar pinjaman itu digunakan untuk membantu perusahaan China membeli saham di bisnis Amerika, termasuk perusahaan teknologi kritis terkait keamanan nasional seperti produsen robotika, perusahaan semikonduktor, dan perusahaan bioteknologi.
Pendanaan bank negara China juga telah masuk ke berbagai proyek di AS mulai wilayah timur laut, Great Lakes, Pantai Barat, hingga Gulf of America (nama baru Teluk Meksiko versi Trump).
Banyak pinjaman menargetkan industri berteknologi tinggi. Contohnya pada 2016, Export-Import Bank of China memberikan US$ 150 juta untuk mengakuisisi perusahaan robotika di Michigan.
China sedang bermain catur, sementara kita masih bermain dam, kata William Henagan, mantan penasihat investasi Gedung Putih, yang khawatir pinjaman tersembunyi ini memberi China kendali strategis atas teknologi penting.
Secara total, China telah meminjamkan lebih dari US$ 2 triliun ke seluruh dunia antara 2000–2023, dua kali lipat estimasi tertinggi sebelumnya, dengan porsi signifikan diarahkan ke mineral kritis dan aset teknologi canggih seperti rare earth dan semikonduktor yang digunakan dalam jet tempur, kapal selam, radar, rudal presisi, dan jaringan telekomunikasi.
Selama ini sulit mendapatkan gambaran utuh mengenai pinjaman tersebut karena banyak transaksi disembunyikan melalui kontrak rahasia, perusahaan perantara bernama Barat, dan pelabelan ganda yang membuatnya tampak sebagai pembiayaan swasta biasa.
Untuk mengungkap jaringan ini, AidData menelusuri dokumen regulasi, kontrak privat, dan laporan bursa di lebih dari 200 negara.
Penelitian yang awalnya fokus pada Belt & Road Initiative kemudian berkembang ketika tim menemukan bahwa porsi signifikan pinjaman justru masuk ke negara maju, bukan hanya negara berkembang.
Laporan ini menyimpulkan bahwa tujuan pinjaman negara China telah bergeser dari pembangunan ekonomi ke pencapaian kontrol geopolitik dan akses teknologi penting.
#kontantv #kontan #kontannews #china #kreditor #amerika #pinjaman #kredi
________________________________________