Terjebak Utang ke China, Banyak Negara Miskin dan Berkembang Kini Terancam Bangkrut


Selasa, 03 Juni 2025 | 10:22 WIB | dilihat

KONTAN - https://www.kontan.co.id/

China tidak saja unggul dalam menguasai pasar global melalui produk-produk manufakturnya.

Tapi, Negeri Tirai Bambu ini juga telah menancapkan kukunya di banyak negara miskin dan berkembang melalui fasilitas pinjaman atau utang untuk membiayai proyek-proyek di negara tersebut.

Melalui Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang digulirkan Presiden China Xi Jinping pada 2013, Tiongkok telah menebar utang puluhan miliar dollar AS ke banyak negara berkembang.

Melalui fasiltas pinjaman itu, China bercita-cita membangun Jalur Sutra modern dengan membangun jalan dan rel kereta yang menyambungkan Benua Asia, Afrika, dan Eropa.

Laporan terbaru yang dirilis Institut Lowy di Australia menyebutkan, 75 negara miskin kini memiliki utang jatuh tempo kepada China senilai total 22 miliar dollar AS yang harus dibayarkan tahun ini.

Jumlah ini setara dengan dua pertiga utang negara-negara di dunia kepada China yang mencapai 35 miliar dollar AS yang jatuh tempo tahun ini.

Tingginya jeratan utang ini dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan sosial di negara-negara tersebut.

Terbukti, beberapa negara kini menghadapi krisis ekonomi serius akibat beban utang yang besar kepada China.

Bahkan, beberapa negara harus menyerahkan aset strategis mereka sebagai bentuk pembayaran utang kepada China.

Salah satunya adalah Sri Lanka. Negara ini gagal membayar utang pembangunan Pelabuhan Hambantota senilai USD 361 juta. Akibatnya, Sri Lanka menyerahkan pengelolaan pelabuhan tersebut kepada China selama 99 tahun.

Total utang Sri Lanka kepada China mencapai sekitar USD 8 miliar, hampir 94 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut. Beban utang ini memicu krisis ekonomi dan politik yang mendalam.

Selain Srilanka, masih banyak negara lain yang juga kesulitan membayar utang ke China. Beberapa di antaranya adalah Laos, Pakistan, dan Kenya.

Di Laos, proyek kereta api Boten Vientiane yang didanai oleh China menyebabkan peningkatan utang yang signifikan.

Sementara Pakistan menghadapi beban utang besar dari proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan/China-Pakistan Economic Corridor (CPEC).

Indonesia juga turut menarik fasilitas pinjaman melalui skema BRI China. Salah satunya untuk membiayai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Total utang Indonesia ke China diperkirakan mencapai USD 10 miliar sampai US$ 15 miliar pada tahun 2023-2024.

Jumlah ini mencakup sekitar 4%-6% dari total utang luar negeri Indonesia, yang mencapai sekitar US$ 400 miliar pada tahun 2024.

#kontantv #kontan #kontannews #china #utang
____________________


Video Terkait

Logo Kontan
2018 © Kontan.co.id All rights reserved