KONTAN - https://www.kontan.co.id/
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh, masih terus menjadi beban keuangan bagi sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ikut serta di dalamnya.
Alih-alih memberikan pemasukan, operasional Whoosh justru terus mencatat kerugian sangat besar.
Sebagai perusahaan yang mendapat penugasan di KCJB, PT Kereta Api Indonesia (KAI) harus menanggung kerugian paling besar.
Bahkan, empat BUMN yang tergabung dalam konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) harus menanggung konsekuensi dari utang besar serta tingginya beban bunga yang harus dibayarkan kepada pihak kreditur asal China.
Sebagian besar pembiayaan proyek ini bersumber dari pinjaman China Development Bank (CDB). Sementara sisanya ditopang oleh APBN, serta penyertaan modal gabungan antara BUMN Indonesia dan perusahaan asal China yang terlibat dalam pembangunan.
Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin menyampaikan, bahwa UTANG KCIC ini merupakan bom waktu yang harus diselesaikan secepatnya.
Untuk itu, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anggara Nusantara (BPI Danantara) terkait utang proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Pernyataan tersebut disampaikan Bobby sebagai tanggapan atas desakan anggota Komisi VI DPR RI yang meminta penjelasan terkait beban utang yang ditanggung PT KCIC.
Dalam Laporan Keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) per 30 Juni 2025 (unaudited) yang dipublikasikan di situs resminya, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia atau PT PSBI sebagai entitas anak usaha KAI, mencatatkan kerugian hingga Rp 4,195 triliun pada 2024.
Kerugian terus berlanjut di tahun ini. Sepanjang semester I-2025, PT PSBI juga merugi sebesar Rp 1,625 triliun.
PT PSBI merupakan pemegang saham mayoritas di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Kerugian yang diderita KCIC, termasuk pembayaran utang, harus ditanggung PT PSBI sebagai pemegang saham.
Imbasnya, keuangan 4 BUMN Indonesia yang jadi pemegang saham PT PSBI, ikut menanggung beban kerugian triliunan tersebut. PT PSBI adalah perusahaan patungan empat BUMN Indonesia yang terlibat dalam proyek Kereta Cepat Whoosh.
PT KAI sebagai pemimpin konsorsium, memegang saham terbanyak 58,53 persen di PT PSBI setelah mendapat penugasan pemerintah.
Pemegang saham lainnya PT PSBI adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA menggenggam saham 33,36 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebesar 7,08 persen, dan PTPN VIII sebesar 1,03 persen.
Sementara dari pihak China, bergabung lima perusahaan dalam konsorsium China Railway meliputi China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, serta China Railway Signal and Communication Corp.
Dua konsorsium dari masing-masing negara, China Railway dan PT PSBI, kemudian membentuk PT KCIC. PT PSBI sebagai perwakilan pihak Indonesia memegang 60 persen saham KCIC, sedangkan 40 persen sisanya dikuasai konsorsium China.
Ketua Komisi VI DPR RI Anggia Emarini menyatakan bahwa seharusnya kinerja KAI tergolong moncer. Namun, sayangnya utang kereta cepat Whoosh belum terselesaikan sehingga keuangan KAI menjadi defisit.
#kontantv #kontan #kontannews #keretacepat #kcic #whoosh #kcjb #ka
________________________________________